Selasa, 28 Juni 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. R DENGAN POST OPERATIF APENDIKSITIS AKUT


BAB I
PENDAHULUAN
                                             
Latar Belakang
Didalam Millenium Develevopment Golds ( MDG ) upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pembangunan Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian yang lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada pelayanan keperawatan. Sejalan dengan perkembangan zaman muncul berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah apendiksitis.
Apendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen apendiks, ini bermuara ke dalam caecum dinding apendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya apendiks terletak pada illiaca kanan .
Apendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pustula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus illeum dan kelainan yang lain. Khusus untuk apendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau ganggrene.
Tindakan pengobatan terhadap apendiks dapat dilakukan dengan cara operasi ( pembedahan ). Pada operasi apendiks dikeluarkan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi. Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya dalm membantu dalam menurunkan angka kesakitan akibat dari apendiks ( internet 2011, WWW.google.com) .
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Konsep Dasar Apendiksitis
1.    Pengertian Apendiksitis
a.    Anatomi dan fisiologi


Gambar 1. Usus buntu (Appendiks)(andilblogger.blogspot.com/2008/06).

Apendiks adalah bagian dari usus besar yang muncul seperti corong pada akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang dapat menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. (Syaifuddin, 1997: 80).
Panjang apendiks lazimnya adalah delapan sampai sepuluh centi meter pada orang dewasa. Terdapat dua lapisan otot di dalam dinding apendiks, yaitu lapisan dalam (sirkularis) merupakan penerusan otot seikum yang sama dan lapisan luar (longitudalis) dari penyatuan tiga tenia seikum.
1)    Letak Apendiks
a.    Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilikus dengan SIAS.
b.    Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm.
c.    Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )
2).  Bentuk Dan Ukuran
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar lima kaki ( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar  sudah pasti lebih besasr dari usus kecil. Rata –rata sekitar 2,5 inc ( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus  diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup illeosecal dan Apendiks yang melekat pada ujung sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk kelokan tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut – turut dinamakan fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk S lekukan rectum. Pada posisi ini gaya berat membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon sigmoid sampai anus ( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995 )
Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan merupakan organ yang penting. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya apendiksitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah IgA. Selain itu pada apendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan endartery. Apendiksitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

b.    Pengertian
Apendiksitis adalah peradangan pada usus buntu (apendiks), atau radang pada apendiks vermiformi yang terjadi secara akut. Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. ( Farid 3, 2001 )
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab yang umum dari radang abdomen akut yang paling sering (Mansjoer Arif, 2000).
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secarah teratur berisi sekum, karena pengosongan tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama terhadap infeksi Apendiksitis. (Brunner & suddarth, 2000).
Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan metode endoskopi. Namun adanya perlengketan multipe atau robekan perlu dilakukan prosedur pembukaan. (Doenges, 2000).



c.    Etiologi
Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat. (Irga, 2007) :
1.    Hiperplasia dari folikel limfoid.
2.    Adanya fekalit ( massa fecal yang keras ) dalam lumen apendiks.
3.    Tumor apendiks.
4.    Adanya benda asing seperti cacing askariasis.
5.    Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
6.    Spasme otot spinter antara perbatasan apendiks dan seikum.
7.    Hiperplasia jaringan limfoid yang biasa terjadi pada anak-anak.
8.    Penyebab lain apendiksitis adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman – kuman seperti Escherichia coli (80%), Streptokokus tapi kuman yang lain jarang terjadi.

d.    Tanda dan gejala
1.    Ada beberapa gejala awal yang khas yakni :
a.    Nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda -tanda yang khas pada apendiksitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan disentuh daerah yang sakit.
b.    Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah.
c.    Demam derajat rendah ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah.
d.    Mules.
e.    Malaise.
f.     Konstipasi atau diare.
g.    Tidak ada nafas makan.
h.    Leukositosis (lebih dari 12.000/mm3) dengan peningkatan jumlah neutrofil sampai 75%.
2.    Tanda dan gejala Post Apendiktomi :
a.    Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat aktivitas disertai kekakuan pada abdomen dan paha kanan.
b.    Mual dan muntah.
c.    Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
d.    Dehidrasi karena adanya pembatasan masukan oral pada periode pertama post operasi.
e.    Konstipasi, karena adanya pengaruh anastesi pada fungsi pencernaan.
f.     Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.

1.    Jenis –jenis Apendiksitis
a.    Apendiksitis Akut
Apendiksitis akut adalah jenis apendiksitis yang paling sering memerlukan pembedahan dan paling sering menimbulkan kesukaran dalam memastikan diagnosanya, karena banyak kelainan menunjukkan tanda –tanda seperti apendiksitis akut. Terdapat tiga jenis apendiksitis akut, yaitu :
1)    Apendiksitis akut fokalis (segmentalis) Peradangan biasanya terjadi pada bagian distal yang berisi nanah. Dari luar tidak terlihat adanya kelianan, kadang hanya hiperemi ringan pada mukosa, sedangkan radang hanya terbatas pada mukosa.
2)    Apendiksitis akut purulenta (supuratif), disertai pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebut apendiksitis ganggrenosa.
3)    Apendiksitis akut  dapat disebabkan oleh trauma, misalnya pada kecelakaan atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan apendiks.

b.    Apendiksitis kronis
Gejala umumnya samar dan lebih jarang. Apendiksitis akut jika tidak mendapat pengobatan dan sembuh dapat menjadi apendiksitis kronis. Terdapat dua jenis apendiksitis, yaitu :
1)    Apendiksitis kronik focalis
Peradangan masih bersifat local, yaitu fibrosis jaringan sub mukosa, gejala klinis pada umumnya tidak tampak
2)    Apendiksitis kronis obliteratif
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang apendiks pada jarigan mukosa, hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama pada bagian distal dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.


e.    Patofisiologi


Etiologi

Obstruksi lumen ( fekalit,tumor dan lain – lain )


 


Mukus yang diproduksi oleh mukosa akan mengalami bendungan


 



Penekanan tekanan intra lumen / dinding apendiks


 



Aliran darah berkurang


 



             Edema dan ulserasi mukosa                        Apendiks akut fokal








 



               Terputusnya aliran darah              


 

                                                                                 Nyeri epigastrium
                 
            Obstruksi vena, edema bertambah
                Dan bakteri menenbus dinding


 



               Peradangan peritonium                          Apendiks supuratif akut








 



                      Arteri terganggu
                                                                            Nyeri daerah kanan bawah


                 Infark dinding apendiks


 



                             Ganggren                          Apendiksitis ganggrenosa


 



                    Apendiks dinding rapuh







 



                   Infiltrat                    Perforasi






 



     Infiltrat apendikularis         Apendiksitis perforasi

Keterangan :
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa apendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiksitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendiksitis ganggrenosa. Bila dinding apendiks rapuh maka akan terjadi perforasi disebut apendiksitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga muncul infiltrat apendikularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

f.     Komplikasi
Komplikasi paling serius adalah ruptur apendiks. Hal ini terjadi jika apendiksitis terlambat di diagnosis atau diterapi. Kasus ini paling sering terjada pada bayi, anak, atau orang tua. Bocornya apendiks dapat menyebabkan peritonitis dan pembentukan abses. Peritonitis adalah infeksi berbahaya yang terjadi akibat bakteri dan isi apendiks keluar mencemari rongga perut. Jika tidak diobati dengan cepat, peritonitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi cairan dan bakteri, biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir infeksi.
Komplikasi Post Apendiktomi Potensial komplikasi setelah apendiktomi antara lain :
a.    Peritonitis
b.    Abses pelvis (lumbal).
c.    Abses subfrenik (abses di bawah diafragma).
d.    Ileus (paralitik dan mekanik).

g.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
1)    Pemeriksaan Laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.
2)    Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalith serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.
3)    Kelainan radiologi nonspesifik, diatasi sekum, ada bayangan perfosi. Ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leokosit pada urine.
4)    Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
5)    Pemeriksaan USG dilakukan bila terjadi infitrat apendikularis

h.    Penatalaksanaan
Pada apendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi apendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif yaitu :
1)    Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan.
2)    Operasi terbuka yaitu apendiktomi, satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan lebih besar jika apendiksitis sudah mengalami perforasi.
3)    Laparascopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya diseputar perut. Laparascopi berbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan appendiks, pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.
4)     Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pre dan Post Operatif apendiksitis
a.    Pengkajian
Pengkajian adalah proses dimana data yang berhubungan dengan klien dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar, yaitu mengumpulkan secara sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. ( internet 2010 )
 Pengkajian ini berisi :
a)    Identitas.
-          Identitas klien post apendiktomi yang menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis, tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan tanggal pengkajian.
-          Identitas penganggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien dan sumber biaya.
b)    Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktifitas.
c)    Riwayat Penyakit.
1)    Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi, severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi apendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk –tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing –masing klien.

2)    Riwayat Kesehatan Dahulu.
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.

3)    Riwayat Kesehatan Keluarga.
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.

4)    Riwayat Psikologis.
Secara umum klien dengan post apendiksitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri
5)    Riwayat Sosial.
Klien dengan post apendiktomi tidak mengalami gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.
6)    Riwayat Spiritual.
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.

7)    Kebiasaan Sehari – hari.
Klien yang menjalani operasi pengangkatan apendiks pada umumnya mengalami kesulitan dalam beraktfitas karena nyeri yang akut dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri ( mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku ), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan.
Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya.
Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena adanya pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.

8)    Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik ini mencakup :
-          Keadaan Umum klien post apendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.
-          Sistem Pernapasan klien post apendiktomi akan mengalai penurunan atau peningkatan frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.
-          Sistem Kardiovaskuler umumnya klien mengalami takikardi ( sebagai respon terhadap stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan, auskultasi bunyi jantung.
-          Sistem Pencernaan adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat dipalpasi. Klien post apendiktomi biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus. Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi.
-          Sistem Perkemihan awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode awal post apendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan peningkatan intake oral.
-          Sistem Muskuloskeletal secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktifitas.
-          Sistem Integumen akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
-          Sistem Persarafan umumnya klien dengan post apendiktomi tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.
-          Sistem Pendengaran pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
-          Sistem Endokrin umumnya klien post apendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain –lain).

9)    Pemeriksaan Penunjang.
-          Laboratorium
a)    Haemoglobin yang rendah dapat mengarah kepada anemia akibat kehilangan darah.
b)    Peningkatan leukosit dapat mengindikasikan adanya infeksi.
-          Radiologi.

10)  Terapi dan Pengobatan pada umumnya klien post apendiktomi mendapat terapi analgetik untuk mengurangi nyeri dan antibiotik sebagai anti mikroba.

b)   Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post apendiktomi antara lain ( internet 2011 ):
a)    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, prosedur invasif.
b)    Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik : proses penyembuhan.
c)    Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan.
d)    Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan sekunder terhadap pembedahan.
e)    Kurang perawatan diri (diuraikan) berhubungan dengan kelemahan post operatif, nyeri.
f)     Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi pembedahan.
g)    Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake (pembatasan pasca operasi), peningkatan kebutuhan nutrisi sekunder terhadap pembedahan.
h)   Konstipasi berhubungan dengan efek pembedahan, perubahan diet, immobilisasi.
i)     Kurang pengetahuan mengenai (diuraikan) berhubungan dengan kurang terpapar informai, tidak mengenal sumber informasi.



c)    Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada klien dengan Apendiksitis menurut Merilyn. E. Doenges adalah sebagai berikut :
1.    Diagnosa Keperawatan   :  Infeksi, Resiko tinggi terhadap
Hasil yang diharapkan     :  Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi / inflamasi, drainase purulen, eritema, dan demam.
No
Intervensi
Rasional

1




2



3




4




5




6






7

Awasi tanda vital,  Perhatikan demam,mengigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.

Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka / drein ( bila dimasukan ), Adanya eritema.

Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien / orang terdekat.


Ambil contoh drainase bila diindikasikan.



Berikan antibiotik sesuai indikasi.





Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.

Dugaan adanya infeksi / terjadinya sepsis, abses, peritonitis.


Menurunkan resiko penyebaran bakteri.


Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan / atau pengawasan penyembuhan yang telah ada sebelumnya.

Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.

Kultur pewarnaan gram dan sensivitas berguna untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan pilihan terapi.

Mungkin diberikan secara prifilaktik atau menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen.

Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir.


2.    Diagnosa Keperawatan   :  Nyeri akut
Hasil yang diharapkan    :  Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
No
Intervensi
Rasional

1







2






3





4




5



Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0 – 10 ).  Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.




Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.





Dorong ambulasi dini.





Berikan aktivitas hiburan.




Pertahankan puasa / penghisapan NG pada awal.


Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses / peritonitis. Memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.

Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.

Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan iritasi gaster / muntah.


3.    Diagnosa Keperawatan   :  Nutrisi, Perubahan Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Resiko Tinggi Terhadap
 Hasil yang diharapkan   :  Mempertahankan berat badan dan kesimbangan nitrogen positif.
No
Intervensi
Rasional

1




2





3



4




5




6



7




8

Awasi haluaran selang NG.Catat adanya muntah atau diare.


Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif.




Ukur lingkaran abdomen



Timbang berat badan dengan teratur.



Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang lembut, penampilan bising usus normal, dan kelancaran flatus.

Awasi BUN, Protein, albumin, Glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi.

Tambahkan diet sesuai tolerans, contoh cairan jernih.



Berikan hiperalimentasi sesuai indikasi.




Jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah / diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi lanjut.

Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi / iritasi usus dapat menyertai hiperaktifitas usus, penurunan absorbsi air dan diare.

Memberikan bukti kuantitas perubahan distensi gaster / usus dan / atau akumulasi asites.

Kehilangan / peningkatan dini menunjukkan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut di duga ada devisit nutrisi.

Menunjukan kembalinya fungsi usus ke normal dan kemampuan untuk memulai masukan per oral.

Menunjukan fungsi organ dan status / kebutuhan nutrisi.


Kemajuan diet yang hati – hati saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster.


Meningkatakan penggunaan nutrien dan keseimbangan nitrogen positif pada pasien yang tak mampu mengasimilasi nutrien dengan normal.


d)   Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan (melaksanakan intervensi yang telah ditentukan sebelumnya)”(Marilyn.E.Doengoes , 1999: 105).
Pelaksanaan adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk mencapai tujuan (Iyer et al, 1996) Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan yang disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor— faktor yang mempengaruhi klien. (Iyer et al, 1996).
Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan kepada klien meliputi pelaksanaan. perencanaan pelayanan keperawatan dan diskusi oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

e)    Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dimana merupakan proses yang kontinyu yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang dilakukan dengan meninjau respon klien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien” (Marilyn.E.Doengoes 1999: 105).
Menurut Griffith dan Chirste, 1986, evaluasi sebagai suatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dan mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan (Buku Proses-Proses Keperawatan, Nursalam, 1999).

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.   PENGKAJIAN
Tanggal masuk rumah sakit                      : 24 Mei 2011           
Tanggal Pengkajian                                    : 30 Mei 2011           
Nomor Register                                            : 33 51 89
Ruangan                                                       : Bedah Pria ( kelas III )
Diagnosa Medis                                        : Abdominal Paint, Apendiksitis,   Post Ops Laparatomi

I. BIODATA 
    A. Identitas Klien.
Nama                                  : Tn M
Umur                                   : 36 tahun
Jenis Kelamin                   : Laki-laki
Suku                                  
Agama                                : Pentekosta
Status Nikah                      : Belum menikah
Pekerjaan                           : Swasta
Pendidikan                                    : SMA
Alamat                                : Sentani, Jl. Ifargunung

B. Identitas Penanggung. 
Nama                               : Tn. M
Umur                                : 40 tahun
Jenis Kelamin                : Laki-Laki
Suku                               
Agama                             : Pentekosta
Status Nikah                   : Sudah menikah
Pekerjaan                        : Swasta
Pendidikan                     : SMA
Hub dengan klien          : Kakak Klien
Alamat                             : Jl. Ifargunung

II. DATA BIOLOGI
a.  Keluhan Utama Saat Dikaji
Sakit di seluruh bagian perut
-          Provokative: Nyeri dirasakan saat batuk, duduk, berdiri, dan melakukan aktivitas
-          Quality: Nyeri hilang timbul
-          Region: Nyeri menyebar dari        daerah sayatan operasi ke semua kuadran abdomen
-          Skala: Nyeri pada skala 4 (sedang)
-          Time: 1- 2 menit
-          Hal yang memperberat: Jika klien melakukan aktifitas yang berat.
-          Hal yang memperingan: Jika klien istirahat.
b.  Riwayat Keluhan Utama
Awalnya Klien merasa sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi kemudian setelah 4 hari dirawat, jahitan terlepas dan dijahit ulang pada tanggal 29 mei 2011. Nyeri  menjalar ke seluruh bagian abdomen atau kuadran, sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh keluarga, klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit.
c.   Keluhan Yang Menyertai
Badan lemas, panas, sakit apabila balik ke sebalah kanan, sakit daerah operasi hilang timbul, dan rasa mual serta tidak enak makan.
d.  Riwayat Kesehatan Masa Lalu
-          Klien pernah berobat ke Rumah Sakit ± 10 tahun yang lalu karena malaria, dan dirawat.
-          Klien tidak pernah alergi obat – obatan.
-          Klien tidak pernah menderita penyakit menular.


2.    Pemeriksaan Fisik
-             Keadaan Umum            : Lemah
-             Kesadaran                      : CM ( Compos Mentis ) E4, V5, M6
-             Tanda – tanda vital
Tekanan Darah     : 120 / 90 MmHg
Nadi                         : 92 x / menit
Suhu                       : 37 0 C
Respirasi                : 24 x / menit
3.    Berat Badan  :  55 kg
4.    Tinggi Badan            : 155 cm
5.    Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut dan Hygiene kepala
-              Warna rambut               : Hitam keriting
-              Penyebaran                   : Merata
-              Kebersihan rambut      : Kotor
-              Mudah rontok                : Tidak
Palpasi
-      Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

6.    Muka
Inspeksi
-          Muka tampak simetris kanan dan kiri.
-          Bentuk muka bulat.
-          Muka pucat.
-          Tidak ada pergerakan abnormal.
-          Ekspresi wajah meringis kesakitan.
-          Tidak ada odema pada wajah.
Palpasi
-          Tidak ada nyeri tekan pada bagian wajah.


7.    Mata
Inspeksi
-          Mata simetris kanan dan kiri.
-          Palpabrae tidak oedema.
-          Scelera tidak ikterik.
-          Conjuntiva anemis.
-          Refleks pupil terhadap cahaya kanan ( + ) / Kiri ( + )
-          Penglihatan tidak kabur.
Palpasi
-          Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.

8.    Hidung
Inspeksi
-          Keadaan septum tepat berada ditengah.
-          Tidak ada polip.
-          Tidak terdapat secret atau cairan.
-          Tidak ada radang.

9.    Telinga
Inspeksi
-          Bentuk simetris kanan dan kiri.
-          Tidak ada seruman.
-          Lubang telinga tampak bersih.
-          Tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Palpasi
-          Tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga.
10. Mulut
Inspeksi
-          Gigi  : Keadaan gigi lengkap, gigi tampak kotor, adanya karang gigi / keries, tidak menggunakan gigi palsu.
-          Gusi             : Tidak ada peradangan.
-          Bibir : sianosis, bibir pucat, bibir kering dan pecah, mulut berbau.
11. Leher
Inspeksi
-          Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
-          Vena Jugularis tidak membesar
Palpasi
-          Tidak ada kaku kuduk.
-          Tidak ada pembesaran kelenjar limfe .


12. Thoraks dan pernapasan
Inspeksi
-          Bentuk dada simetris kanan dan kiri.
-          Frekuensi pernafasan 24 x / menit.
-          Irama pernapasan teratur.
-          Sifat pernapasan dada perut.
Palpasi
-          Tidak ada massa / nyeri.
Perkusi
-          Suara paru sonor.
Auskultasi
-          Suara napas vesikuler.
-          Tidak ada suara tambahan weezhing / rongki.

13. Jantung
Palpasi
-          Ictus cordis tidak teraba.
      Perkusi.
-       Batas atas jantung pada ICS 2-3.
-       Batas kanan jantung pada linea sternalis kanan 1 jari lateral kanan.
-       Batas kiri jantung pada medioclavikularis kiri.
-       Tidak ditemukan adanya pembesaran jantung.
     Aukultasi.
-   BJ I / Katup mitral  ICS 5 linea mideo clavicularis → terdengar tunggal.
-   BJ I / Katup trikuspidalis ICS 4 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.
-   BJ II / Katup aorta ICS 2 linea sternalis kanan → terdengar tunggal.
-   BJ II / Pulmonal ICS 2 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.

14. Abdomen
Inspeksi
-          Perut terlihat membuncit.
-          Klien memakai korset
-          Adanya luka sayatan operasi laparatomi.
-          Pada luka operasi masih terlihat benang operasi dan belum di lepas.
-          Luka tampak masih basah dan kemerahan.
Palpasi
-          adanya nyeri  operasi pada garis tengah  abdomen
-          Hepar tidak teraba.
-          Lien tidak teraba.
Perkusi
-          Terdengar suara tympani.
Auskultasi
-          Terdengar bising usus.
-          Peristaltik usus ± 8 x / menit.

15. Genetalia dan anus
-          Tidak dilakukan pemeriksaan.
16. Ekstermitas
Ekstremitas atas
-          Tangan simetris kanan dan kiri.
-          Terpasang infus RL kosong 20 tetes / menit pada tangan kiri.
-          Tidak terdapat pergerakan abnormal.
-          Kekuatan tonus otot normal 5 / 5.
Ekstremitas bawah
-          Kaki simetris kanan dan kiri.
-          Tidak ada pergerakan abnormal.
-          Tidak ada nyeri tekan.
-          Kekuatan otot normal 5 / 5.

17. Pola Aktifitas Sehari - Hari
No
Kegiatan
Sebelum sakit
Selama sakit

1.

Nutrisi
-    Pola makan


-    Jenis makanan
-    Frekuensi makan
-    Nafsu makan


-    Makanan pantangan
-    Jenis minum


-    Jumlah minum


Teratur


Nasi,sayur,lauk pauk
3 x sehari

Baik


Tidak ada

Air putih dan teh


8 – 9  gelas
± 1.500 - 2000 cc/hari


Teratur


Bubur,sayur,lauk pauk
3 x sehari

Kurang hanya menghabiskan ± 4 – 5 sendok makan
Pedas – pedas

Air putih sedikit-sedikit

± 4 – 5 gelas / hari
IVFD RL 20 tetes / menit

2.

Eliminasi
a.BAB
-  Frekuensi
-  Bau
-  Warna
-  Konsistensi
b. BAK
-  Frekuensi
-  Bau
-  Warna
-  Gangguan



1 x sehari
Khas
Kuning
Padat

± 2 - 3 x sehari
Amoniak
Kuning
Tidak ada



1 – 2 x sehari
Khas
Kuning
Lembek

± 3 – 4 x sehari
Amoniak
Kuning tua
Tidak ada

3.

Istirahat Tidiur
-    Tidur malam
-    Tidur siang
-    Keluhan tidur


21.00 - 06.30 wit
13.00 - 17.00 wit
Tidak ada


20.00 - 06.00 wit
12.00 - 14.00 wit
Tidak ada

4.

Aktivitas - Latihan
-    Berbaring
-    Duduk
-    Berdiri
-    Berjalan
-    Aktivitas rutin



Semua aktivitas dilakukan sendiri tanpa bantuan




Sendiri
Sendiri
Dengan Bantuan
Dengan Bantuan
Dengan Bantuan

5.

Hygiene
-    Frekuensi mandi
-    Gosok ggi
-    Cuci rambut
-    Ganti pakaian


2 x sehari

2 x sehari
3 x seminggu
2 x sehari


Hanya di lap

Belum Sikat gigi
Belum cuci rambut
1 x sehari

18. Pemeriksaan Penunjang
No
Nama Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal

1

Pemeriksaan Labolatorium
a.    Tgl 24 Mei 2011
-          Hemoglobin
-          HCT
-          DDR
-          WBC
-          PLT

b.    Tanggal 25 Mei 2011
-          GDS
-          Ureum
-          Creatinine
-          Albumin
-          DDR
-          SGPT
-          SGOT


c.    Tanggal 26 Mei 2011
-          Hemoglobin
-          DDR
-          WBC
-          PLT




14,5 gram %
42,5 %
Negatif
14,6  103 mm3
54   103 mm3


90 mg/%
132 mg/%
2,46 mg/%
3,11 g/dl
Negatif
12 u/l
9 u/l


17,2 gr / %
Negatif
9,46  103 mm3
49   103 mm3





11 – 15 gram / %
35 – 47 %
Negatif
4.0 – 10.0
150 - 500


<200
10 – 50 mg/%
0,5 – 1,5
4 – 6 g/dl
Negatif
46 u/l
49 u/l


11 – 15 gram / %
Negatif
4.0 – 10.0   103 mm3
150 – 500   103 mm3


19. Program Terapi Medis
Tgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )
-             Infus RL 20 tts / menit macro
-             Bifotik 2 x 1 gr (IV)
-            Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )
-             Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )
-             Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )
III.       KEADAAN PSIKOLOGI SELAMA SAKIT
a.    Klien berharap semoga cepat sembuh.
b.    Klien merasa bosan di Rumah Sakit.
c.    Klien selalu bertanya tentang sakitnya.
d.    Klien mengatakan takut apabila di operasi.
e.    Klien merasa cemas dan takut dengan penyakinya sekarang ini.
f.     Klien tampak gelisah.
g.    Klien tampak cemas.
h.    Klien tampak termenung diatas tempat tidur.
i.      Klien sering bertanya tentang penyakitnya apakah bisa sembuh.
j.      Selalu bertanya tentang pengobatan yang diberikan.
                     
IV.      POLA INTERAKSI SOSIAL
a.    Orang terdekat klien adalah saudara.
b.    Interaksi dengan keluarga cukup baik.
c.    Klien jarang bergaul dengan pasien lainnya.
d.    Interaksi dengan dokter dan perawat sangat baik.
V.       KEADAAN SPIRITUAL
1.    Sebelum Sakit
1.1     Klien menganut agama Petekosta.
1.2     Klien sering mengikuti kegiatan keagamaan baik di gereja maupun dirumah.
2.    Selama Sakit
2.1     Setiap hari minggu klien mendapat kunjungan ibadah di dalam Ruangan Bedah Wanita oleh pendeta yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dok II Jayapura.
2.2     Klien hanya dapat berdoa ditempat tidur.

B. KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Klien mengatakan :
-            Sakit di seluruh bagian perut
ü  P: nyeri dirasakan saat batuk, duduk, berdiri, dan melakukan aktivitas
ü  Q: Nyeri sedang,
ü  R: Nyeri menyebar dari daerah sayatan operasi ke semua kuadran abdomen
ü  S: Nyeri pada skala 4
ü  T: Nyeri hilang timbul 1- 2 menit
ü  Hal yang memperberat: Jika klien melakukan aktifitas yang berat.
ü  Hal yang memp eringan:Jika klien istirahat.
-          Sakit daerah operasi hilang timbul
-          Rasa mual
-          Tidak enak makan.
-          Badan lemas
-          Sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi
-          Sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh keluarga
-          Klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit
-          sakit apabila balik ke sebelah kanan
-          Berharap semoga cepat sembuh
-          Merasa bosan di Rumah Sakit
-          Klien selalu bertanya tentang sakitnya
-          Takut apabila di operasi
-          Merasa cemas dan takut dengan penyakitnya sekarang ini
-          Klien sering bertanya tentang penyakitnya apakah bisa sembuh
-          Selalu bertanya tentang pengobatan yang diberikan

Klien tampak :
-          KU   : Lemah
-          Kesadaran : CM
-          Conjungtiva : anemis
-          TTV
TD         :  120 / 90 MmHg
N           :  92 x / menit
S           :  37 0 C
R           :  24 x / menit
-          Ekspresi wajah meringis kesakitan
-          Muka pucat
-          Gelisah
-          Cemas
-          Termenung di atas tempat tidur
-          Berat Badan      :  53 kg
-          Tinggi Badan     : 150 cm        
-          Adanya luka sayatan operasi
-          Kadang terbangun karena sakit pada daerah operasi
-          Adanya nyeri  operasi pada garis tengah  abdomen menyebar di seluruh kuadran
-          Pada luka operasi masih terlihat benang operasi dan belum di lepas.
-          Luka tampak masih basah dan kemerahan.
-          Bibir pucat
-          Bibir kering dan pecah
-          Mulut berbau
-          Nafsu makan kurang hanya menghabiskan ±   4 – 5 sendok
-          Jumlah minum ± 4 – 5 gelas / hari
-          Program Terapi Medis
Tgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )
-                                           Infus RL 20 tts / menit macro
-                                           Bifotik 2 x 1 gr (IV)
-                                           Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )
-                                           Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )
-                                           Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )

4 komentar:

  1. trima ksi atas postingannya. sgt membantu tgas saya!

    BalasHapus
  2. Playtech casino - DrMD
    Playtech casino. The 포항 출장안마 website is 군포 출장마사지 updated nightly. Try 안성 출장샵 all of our games including Slots, 구미 출장마사지 Blackjack, Roulette and 동해 출장샵 more! Download our mobile casino  Rating: 5 · ‎2 votes

    BalasHapus